A Rank Chapter 15
Translator | Eden |
Editor | Antony |
Proof Reader | Shiro7D |
Chapter 15 :
Aku dan Loren-san menuju gunung yang berada di utara ladang
bunga. Sambil berjalan dalam bentuk barisan, Loren-san,
Kyle, dan aku, mengamati hutan yang penuh dengan
berbagai macam tumbuhan.
“Karena para penduduk desa sering datang kesini untuk mengambil buah dan kacang-kacangan
yang tumbuh di sekitar sini. Jadi wilayah di sekitar sini cukup mudah untuk
dilewati” (Kyle)
Kyle membagi beberapa
pengetahuannya tentang wilayah
di sekitar gunung ini.
Walaupun dia berbicara dengan nada datar, tapi penjelasannya
cukup mudah dimengerti karena dia menjelaskan intinya dengan baik. Tampaknya
Loren-san sudah mengajarinya dengan baik.
“Buah dan kacang-kacangan apa saja yang bisa kita ambil di
sekitar
sini?” (Aldo)
“Baiklah Kyle, sebutkan apa saja nama buah dan
kacang-kacangan yang tumbuh di sekitar sini, sebutkan minimal lima jenis.”
(Loren)
Saat aku bertanya kepada Kyle tentang buah dan kacang-kacangan
apa saja yang bisa dimakan di sekitar sini, Loren-san memotong dan bertanya
padanya.
Ini adalah kuis untuk anak didiknya.
“Pico, erue, aria, merie, goji, dan zuri.”
(Kyle)
“Bagus, benar sekali.” (Leron)
Loren-san mengangguk puas saat mendengar Kyle
mampu
menjawab pertanyaan itu dengan lancar.
“Nama-nama yang baru saja disebutkan tadi, juga bisa kau ditemukan di sekitar desa. Apa kau
pernah memakannya, Aldo?” (Loren)
“Tidak, kecuali goji berry. Kurasa aku belum
pernah
mencoba sisanya.” (Aldo)
“Kalau begitu, kenapa kau tidak mencobanya?” (Loren)
“Boleh juga.” (Loren)
Kemudian, kami keluar dari jalur dan masuk ke hutan lebih
dalam. Tak lama kemudian, kami menemukan kacang merah bundar yang tumbuh di sekitar
rerumputan.
Saat Loren-san melihatnya, dia mengambil sebagian dan
memberikannya padaku.
“Ini adalah pico. Ciri khasnya adalah warna merahnya dan bentuknya
yang bundar, rasanya agak mirip dengan apel... Kau bisa langsung
memakannya.” (Loren)
(Eden: Jujur aja ya? Gw heran apa gk ada nama lain selain pico?
Yah... terserah author lah...)
(Anthony:
Boku no Pico?)
Karena aku
tertarik dengan ucapan Loren-san, jadi aku memasukan
beberapa ke dalam mulutku.
Saat aku mengunyah kacang sebesar gandum itu, secara bertahap
mulutku dipenuhi rasa manis yang gurih.
“Hmm! Kau benar, rasanya mirip seperti apel.”
(Aldo)
Rasanya sangat berbeda dengan Goji Berry.
“Yah, makanan ini cukup terkenal dikalangan anak
kecil. Terlebih
karena
tumbuhnya itu di tanah, jadi anak-anak bisa dengan mudah mengambilnya sendiri. Di sekitar sini cukup aman karena tidak
ada buah beracun yang tumbuh. Dulu saat masih kecil, aku juga sering mencari
dan memakan
buah ini.” (Loren)
Loren-san melempar beberapa pico ke mulutnya sambil tertawa
dengan suara “gahahaha”.
Oh iya, waktu kecil dulu. Aku juga sering memakan buah dan
kacang apapun yang kudapat. Jadi sering kali perutku di
buat sakit olehnya. Sekarang aku berpikir kembali, syukurlah aku
tak pernah makan sesuatu yang beracun.
Kurasa aku harus berterima kasih kepada keberuntunganku karena
masih bisa hidup sampai sekarang.
“Dan itu adalah buah erue.” (Loren)
Saat aku terkagum dengan rasa kacang pico, Loren-san menunjuk ke puncak
sebuah pohon.
Saat aku mendekati Loren-san, aku melihat beberapa buah berwarna
biru di atas pohon yang sedang dipanjat Kyle.
Tidak seperti pico yang hanya seukuran gandum, buah erue ini
sebesar kepalan tangan Kyle.
Kyle meregangkan tangannya untuk mengambil buah tersebut, kemudian melompat
turun ke tanah.
“Buah ini namanya erue. Kulitnya keras, tapi kalau kau membukanya dan memakan bagian
dalamnya, rasanya lezat. Hanya sekedar mengingatkan, rasanya akan
semakin
pahit kalau kau memakan bagian yang semakin dekat dengan kulitnya.”
(Loren)
Aku mengerti. Jadi ini jenis buah yang bagian
tengahnya kau makan menggunakan sendok. Saat
aku menatap buah ini dengan kagum, Loren-san yang berada di sebelahku
tertawa.
“Hahaha, Oh iya Kyle…
karena kau sudah dewasa. Jadi kau tidak masalahkan memakan bagian pahit
yang berada di dekat kulitnya itu.” (Loren)
“Tidak tidak tidak, jelas
aneh rasanya
kalau orang dewasa sebenarnya tidak peduli dengan rasa
pahitnya
itu.” (Kyle)
Yah, aku juga tak bisa memakan makanan yang pahit saat masih kecil, tapi
setelah lewat enam belas tahun, aku tidak mempermasalahkannya lagi. Kurasa
pendapat orang tentang rasa makanan akan perlahan berubah saat mereka sudah
dewasa.
Sambil aku mencicipi buah-buahan, kami terus
melanjutkan perjalanan
kami di
hutan sambil terkadang mereka mengajariku
tentang
jenis sayur-sayuran dan rempah-rempahan yang bisa diambil di hutan
ini.
“Ada jejak rusa. Sepertinya dia baru saja lewat sini.”
(Loren)
Ucap Loren-san saat dia berjongkok di atas tanah yang ada jejak
kaki rusa.
Seperti yang Loren-san katakan, jejak kaki rusa tersebut masih terlihat baru di tanah, jadi
harusnya rusa itu berada tidak jauh dari sini.
“Haruskah kita bertiga pergi mencarinya di sekitar sini?”
(Kyle)
“Ya, Kita mungkin akan mendapat banyak daging untuk makan malam
kalau berjalan lancar.” (Loren)
Loren-san menjawab Kyle dengan senyum yang menunjukkan giginya.
Membayangkan kalau aku bisa membawa banyak daging, wajahku
langsung tersenyum. Kurasa aku bisa memenuhi harapan Flora dan
membalas budi kepada Aisha secepatnya.
“Mungkin kau sudah tahu, tapi hati-hati dengan para monster.
Biarpun mereka jarang keluar, tapi ada monster ganas seperti Red Bear dan
Gillfangos di utara. Tetaplah waspada agar mereka tidak menganggapmu
mangsa.” (Loren)
Red Bear dan Gillfangos kah... Keduanya adalah monster yang sangat ganas.
Red Bear adalah jenis monster yang berkulit merah dan keras.
Mereka menyerang siapa saja yang menginjakkan kaki di wilayah mereka.
Sedangkan Gillfangos adalah monster yang punya tubuh jauh lebih
besar dibanding babi hutan biasa. Terlebih mereka memiliki taring
yang sangat panjang bagaikan mampu menembus langit.
Mereka bukan monster yang agresif, tapi kau tak akan bisa lolos
dari mereka jika mereka mengincarmu, karena mereka mampu merobohkan apapun
di depan mereka dengan mudah.
(Eden: Monster GG)
Selalu ada kemungkinan kami bertemu
dengan monster lain, jadi kami harus peka terhadap bahaya. Kalau kami terlalu
fokus ke buruan yang kami kejar, bahkan jika kami punya nyawa yang tak
terbatas, tak akan cukup jika monster muncul di setiap sudut.
Bahkan untukku, seseorang yang profesional dalam menghabisi
monster. Aku masih punya tubuh manusia yang rapuh. Aku masih bisa mati
jika seekor monster menyerangku secara langsung. Karena itu aku tak boleh
ceroboh kapanpun saat aku berada di gunung dan hutan.
Kami mengikuti jejak di sekitar dengan tampang serius. Saat
aku berusaha menyingkirkan pikiran-pikiran aneh di kepalaku dan mencoba
mengendalikan detak jantungku, aku tiba-tiba merasa dingin karena aku
menajamkan inderaku.
Aku berjalan dengan berusaha sekuat mungkin untuk tidak
mengeluarkan suara, saat aku mengandalkan penglihatanku dan suara yang
kudengar. Loren-san melakukan hal yang sama saat dia bergerak dari belakang.
Saat aku melirik Loren-san, dia terlihat kaget. Aku
tak tahu kenapa dia kaget, tapi aku datang hari ini agar dia bisa mengajariku
tentang gunung-gunung di sini. Dan juga, penting baginya untuk mengetahui
kemampuanku, karena informasi ini akan penting baginya agar dia bisa memutuskan
bisa atau tidaknya aku menjadi pemburu.
Setelah memahaminya, aku bergerak menuju timur tanpa memikirkan
Loren-san, yang mengikutiku dari belakang. Aku mendorong keluar
rumput-rumput panjang tanpa membuat suara dan perlahan mengintip. Aku melihat
seekor rusa sekitar lima puluh meter di depan.
“…Apa yang akan kita lakukan? Apa kau akan mengincarnya
dari sini?”
(Loren)
Loren-san berbisik dengan tenang saat dia diam-diam muncul dari
belakang. Kyle juga berkumpul dengan kami tak lama kemudian.
Kesenangan yang kau rasakan saat menemukan mangsa bisa menjadi
tanda yang dengan mudah dirasakan oleh binatang, jadi kau harus tenang selama berburu.
“Ya. Aku akan mengincarnya.”
Aku menjawabnya dengan singkat, lalu aku menarik salah satu anak
panah yang kubawa di pinggangku. Aku dulu sering berburu, tapi aku tidak pernah
berburu akhir-akhir ini.
Aku merasa sedikit kesulitan karena Loren-san mengawasiku, tapi
kalau jaraknya hanya segini, aku masih bisa mengenai sasaran walaupun aku sudah
tua. Kalau waktu aku seumuran Kyle, aku
pasti
bisa mengenainya sambil mengupil.
(Eden: Ranger GG)
Aku menyiapkan anak panah di tali busur dan membidik rusanya sambil
menarik
busur. Rusa itu sepertinya masih belum menyadari keberadaan kami dan dengan
santainya memakan rumput di kejauhan.
Aku yang terlah selesai menyesuaikan bidikanku, melepaskan anak
panahnya. Dengan suara *Wooosh*, anak panah yang membelah udara
tersebut
terbang lurus ke arah rusa.
Rusa itu menggerakan kepalanya saat dia menyadari ada suara angin,
tapi sudah terlambat. Panahnya sudah menancap di sisi lain kepalanya.Rusa itu
langsung mati karena terkena serangan fatal.
Yah, harusnya ini wajar karena aku menembak dari jarak segini. Walaupun
sebenarnya aku agak gugup karena Loren-san sedang mengawasiku
saat ini.
Aku senang karena bisa membunuhnya dengan satu tembakan. Dengan
begini, aku bisa memenuhi harapan Flora dan berterima kasih kepada Aisha.
“…Kau hebat… Jauh lebih baik daripada anak didikku.”
(Loren)
Aku merasa lega karena Loren-san memujiku sambil menepuk bahuku.
“Tidak!!! Itu tidak benar!” (Kyle)
Kiel akan marah kalau aku menyombongkan diri dengan kemampuan
memanah seperti ini. Sebaliknya, jeda antara mepersiapkan panah dan menembakku
cukup lama. Jika aku masih seperti dulu, aku pasti bisa menembak lebih cepat,
bahkan sampai rusa itu tidak menyadarinya. Aku harus berlatih
lagi
saat sudah pulang.
“Tidak, tidak, tidak… Aneh sekali jika kalian membandingkanku
dengan kemampuan sehebat itu. Bahkan sebelumnya juga, kemampuanmu menemukan
mangsa benar-benar sesuatu. Kau menemukannya di sini seolah-olah kau sudah tahu
kalau rusa itu ada di sini. Hal itu bahkan lebih hebat dari guruku.”
(Kyle)
Begitukah? Menurutku itu masih lambat dibanding kecepatan normal
karena ini pertama kalinya aku berada di gunung ini. Karena melacak jejak lebih
mengarah ke "menyatu dengan daerah sekitar berdasarkan pengalaman",
hal ini akan memakan banyak waktu.
“Kau mengatakan sesuatu yang cukup kurang ajar muridku yang bodoh.
Kau mau aku pecat jadi murid?” (Loren)
“Kalau itu terjadi aku akan menjadi
murid
Aldo-san. Malahan, aku akan lebih sedang kalau Aldo-san menjadi
guruku.” (Kyle)
“Apa kau Katamu?!?! Dasar tidak tahu terima
kasih!!!” (Loren)
Mereka berdua saling bercanda setelah kami menjatuhkan buruan dan memastikan
tidak ada bahaya di sekitar kami. Loren-san menangkap Kyle dan
menjitaknya.
Mereka bukan ayah dan anak, tapi mereka punya hubungan baik. Kau
tak akan bisa bercengkrama seperti itu kecuali kalian sangat dekat.
“Pokoknya, jika kita memiliki Aldo-san
disini,
sepertinya mulai sekarang penduduk desa akan bisa makan daging setiap-hari! Tolong bantu kami
mulai sekarang!” (Loren)
“Aku juga mohon bantuannya.” (Aldo)
***
Setelah kami selesai menguras darah hasil buruan, kami pun turun
dari gunung. Selama di perjalanan aku diajari tentang bumbu
masak yang bisa diambil di gunung, dan kemudian kami mengambil banyak kacang, buah,
dan rempah-rempah.
Kami tidak punya waktu untuk saling berbincang karena kami harus
turun dengan membawa rusa hasil buruan kami. Loren-san dan aku
membawa turun rusanya dengan mengikatnya di sepotong kayu panjang.
“Oii, kami membawa hasil main kami!!!“ (Loren)
Loren-san berbicara kepada penduduk yang sedang bekerja di ladang.
“Ohh! Kau benar! Besar sekali!” (Penduduk desa 1)
“Kalian berhasil. Kita bisa makan daging malam ini” (Penduduk
desa 2)
Penduduk desa yang melihat kami membawa rusa, menghampiri kami
dengan wajah yang bersinar.
“Apa kita punya daging yang banyak untuk makan malam ini?”
(Loli)
“Ya, tentu saja” (Ibu Loli)
“Hore-!!” (Loli)
Ucap seorang gadis kecil yang polos saat ibunya mengelus
kepalanya.Melihat mereka senang juga ikut membuatku senang. Kurasa
ini akan sedikit membantu penduduk desa.
“Loren-san, apa kau yang menangkapnya?” (Penduduk
desa 3)
“Tidak, tapi orang baru di desa kita, si Aldo ini
yang menangkapnya. Orang ini punya skill yang hebat, jadi mulai sekarang kita bisa makan banyak
daging.”
(Loren)
Loren-san menjawab seorang wanita sambil menunjukku.
Mata para penduduk desa langsung berpindah kepadaku setelah dia
mengucapkannya. Saat aku melirik ke Loren-san, aku melihat
senyum lebar yang menunjukkan gigi putihnya untuk kedua kalinya.
Tampaknya dia ingin memanfaatkan kesempatan ini
untuk memperkenalkanku kepada para penduduk desa. Aku sangat
berterima kasih atas hal itu. Aku memberi isyarat terima kasih kepada
Loren-san dengan mataku, kemudian aku menatap ke para penduduk desa.
“Namaku Aldo, aku baru saja pindah ke sini. Senang bertemu dengan
kalian!” (Aldo)
Saat aku menundukkan kepalaku setelah memperkenalkan diri, para
penduduk desa mengerumuniku dan bertepuk
tangan dengan wajah tersenyum.
“Ohh! Kami juga senang bertemu denganmu
Aldo! Kami
menyambutmu!” (Penduduk desa 4)
“Kalau perlu bantuan, jangan sungkan untuk mengatakannya pada
kami”
(Penduduk desa 5)
Aku senang para penduduk lainnya menyambutku dengan hangat. Sejak
pertama
aku tiba di Nordende,
aku selalu merasa sedang yah...
“Kyle, juga bekerja untuk mendapat daging, kan?!”
(Loli)
“Ya, aku sudah berusaha sebaik mungkin, tapi
aku
hanya mendapat sedikit kacang. Maaf, ya?” (Kyle)
Kyle memberikan beberapa pico ke seorang gadis kecil.
“Nn! Pico juga enak, makanya aku memaafkanmu!”
(Loli)
Semuanya tertawa setelah mendengar ucapan gadis kecil itu.
***
Saat kami kembali ke desa, kami mulai menguliti rusanya dan mengeluarkan organ
dalamnya, lalu memotong-motongnya.
Hampir tidak ada bagian rusa yang terbuang
sia-sia,
bahkan tulang belakang dan tulang panggul rusa kami jadikan sebagai makanan
anjing. Aku terkejut dengan pengetahuan unik para penduduk desa tentang
bagaimana memanfaatkan setiap bagian tubuh rusa.
Setelah selesai memotong dagingnya, kami mengambil bagian untuk
kami dan sisanya akan diberikan kepada penduduk desa. Tentu saja kami sebagai
pemburu berhak mendapat bagian yang paling besar, jadi kami tak perlu khawatir
akan kehabisan daging untuk sementara ini.
Sudah kuduga seekor rusa tak akan cukup untuk dibagi ke seluruh
penduduk, tapi mengingat kami bukanlah satu-satunya pemburu di desa ini, jadi
tak akan jadi masalah.
Kepala desa dan penduduknya lah yang memutuskan proporsi dan
urutan distribusinya, jadi hal ini berjalan lancar. Ngomong-ngomong, para
pemburu juga diberi hak untuk mendistribusikannya karena mereka juga bisa
menjual daging itu untuk barang lain. Karena itu aku bisa memberi jatah daging
kepada siapapun yang kumau. Kita bisa mendapat jenis bahan masak lain jika
menjual dagingnya. Ini adalah simbiosis mutualisme.
Karena aku telah mendapat jatah daging yang besar, jadi aku memutuskan untuk
langsung pergi menuju rumah Ergys-san.
Ergys-san juga mendapat jatah daging dariku, tapi tidak terlalu
banyak. Jika aku membagikan jatahku, dia bisa makan lebih banyak. Aku
sampai di rumah Ergys-san dan mengetuk pintunya.
“… Aku sudah menunggu.” (Flora)
Yang membuka pintunya adalah Flora.
Dia menyambutku dengan senyum malu.
“Entah bagaimana, harapanmu telah terpenuhi. Dengan begini, akan
ada banyak daging di meja makan malam ini.” (Aldo)
Dengan ucapan itu, aku memberi
Flora sepotong daging yang dibungkus dengan daun yang katanya bagus untuk pengawetan.
“Terimakasih.” (Flora)
“Ah, kalau begitu… Aku pulang dulu.” (Aldo)
“Tunggu dulu.” (Flora)
Flora menahanku saat aku hendak pergi. Saat aku menatapnya,
kakinya
bergegar karena malu.
“…Um, tetaplah di sini untuk makan malam” (Flora)
“Um… Apa boleh?” (Aldo)
“Ya, ayo makan bersama.” (Flora)
Aku pun masuk ke rumah Ergys-san karena Flora mendesakku
untuk masuk dengan senyum cerah di wajahnya saat dia membuka pintu.
0 comments:
Post a Comment