A Rank Chapter 17
Translator | Eden |
Editor | Antony |
Proof Reader | Shiro7D |
Chapter 17 :
Kami segera pergi dari rumah Toack karena kami sudah memutuskan
untuk menyantap daging rusa di rumahku. Toack
akan menyusul setelah pekerjaannya selesai dan Aisha akan datang setelah dia
menyerahkan semua pekerjaannya ke adiknya.
Ngomong-ngomong, aku
sedang menuju ke rumah Ergys-san karena tugas untuk mengundang Flora ikut
diserahkan padaku. Saat aku sampai di rumahnya, Fiona-san sedang bekerja di
ladang belakang rumah.
“Halo” (Aldo)
Saat dia mendengar suaraku, Fiona-san berdiri dan menoleh ke arahku.
Setiap gerakannya terlihat
menawan seperti biasa. Mulai dari caranya berdiri, hingga caranya menoleh
terlihat sangat elegan. Mungkin alasan kenapa setiap gerakan Flora tampak
elegan muncul karena dia tumbuh dengan memperhatikan ibunya.
“Ara, Aldo-san. Selamat siang. Terima kasih sudah
memberikan kami daging yang enak kemarin.” (Fiona)
“Ah, tidak perlu berterima kasih kok, karena aku juga
sudah sering dibantu oleh keluarga ini. Justru akulah yang seharusnya berterima
kasih karena sudah diajak makan malam Bersama kemarin, rasanya enak sekali.” (Aldo)
“Semalam Aldo-san terlihat sangat menikmatinya, jadi aku dan Flora juga merasa
sangat senang dibuatnya.” (Fiona)
Fiona-san tertawa dengan anggun sambil menutup mulutnya. Hanya dengan melihat senyum lembutnya saja entah kenapa membuat hatiku
tenang. Aku penasaran perasaan apa ini? Apa mungkin ini rasanya memiliki
seorang ibu?
(Eden: “Semalam Aldo-san terlihat sangat
menikmatinya, jadi aku dan Flora juga merasa sangat senang dibuatnya.”, Fufufu…Kami
sengaja bikin kalimat yang se-ambigu mungkin… Ayo Aldo, hantam emak sama
anaknya!! Berhubung ini emang novel R18+ juga, WAHAHAHA!!!)
(Shiro7D: Tambah genre NTR yah…
Not bad)
Entah bagaimana, kurasa
aku mulai mengerti maksud Kiel saat dia bilang wanita yang lebih tua punya rasa
kasih sayang yang hangat seperti seorang ibu.
“Omong-Omong ada keperluan apa kesini?” (Fiona)
Aku kembali sadar setelah mendengar pertanyaan dari Fiona-san. Benar juga, Fiona-san saat ini sedang bekerja mengurus tanaman. Jadi aku
pasti mengganggu kalau terus membuang waktunya.
“Umm, Aku untuk bertemu Flora… Aisha dan Toack
rencananya mau makan siang di rumahku hari ini, karena itulah aku berniat untuk
mengajak Flora juga.” (Aldo)
“Ara, kedengarannya menyenangkan. Flora pasti
senang mendengarnya, tapi saat ini gadis itu saat ini sedang belanja…” (Fiona)
“Ah, jadi dia sedang sibuk yah?” (Aldo)
Apa ajakanku terlalu mendadak? Pada dasarnya penduduk desa memang sibuk dengan
pekerjaannya setiap hari. Kalau seseorang absen dari kerjaannya, maka akan
diserahkan ke anggota keluarga lain atau justru ditunda dan pada akhirnya akan
merepotkan orang lain.
Aku dan Toack adalah
satu-satunya penduduk yang jadwal kerjanya fleksibel. Karena itulah aku seharusnya
mempertimbangkan keadaan orang lain dalam masalah ini.
Tentu saja kalau aku
sedang pergi berburu ke gunung, aku juga tidak bisa bebas melakukan apapun
seharian. Toack juga begitu, bahkan kalau dia tidak punya pesanan, bukan berarti
dia bisa bebas bermain ke manapun.
“… Tidak, dia akan kembali sebelum makan
siang, harusnya dia bisa ikut denganmu” (Fiona)
Fiona-san kemudian menjawabku dengan sebuah senyuman setelah terlihat
sedang berpikir sejenak. Mungkin dia sedang mengingat-ingat jadwal
Flora dan apa yang harus dikerjakan hari ini, kemudian mengubah jadwal dalam
benaknya ke hari di mana Flora tidak ada urusan penting. Entah kenapa aku jadi merasa
tidak enak karena mengundangnya.
“Mohon maaf atas undangan mendadakannya” (Aldo)
“Tidak apa-apa. Aisha-chan juga sering
melakukan hal yang sama. Jadi kami sudah terbiasa.” (Fiona)
Aku merespon jawaban
Fiona-san dengan senyum pahit.
Menurut ucapan Fiona-san,
artinya Aisha masih sering melakukannya sampai sekarang.
***
Aku memutuskan untuk
membersihkan rumahku sedikit untuk menyambut para tamuku sementara Fiona-san
menunggu Flora pulang untuk menyampaikan undanganku.
Walau belum lama ini aku
baru saja membersihkan seisi rumah, debu dan pasir perlahan sudah mulai
menumpuk. Aku mengambil sapu dan menyapu debu dan kotoran di ruang tamu.
Sekarang aku baru sadar
kalau aku tidak punya sandal rumah untuk para tamuku. Sudah menjadi hal yang
umum, untuk menggunakan sandal rumah agar lantai tidak kotor karena sepatu dari
luar. Tapi sayangnya aku hanya punya sepasang.
Dan kalau mereka masuk hanya dengan kaus
kaki, justru hanya akan mengotori kaus kaki mereka. Terlebih lantainya cukup
dingin... Bagaimana ini?
“… Kurasa aku tak punya pilihan selain
meminjam beberapa sandal dari Toack.” (Aldo)
Seingatku ada banyak
sandal di rumah Toack. Melihat tamu menyiapkan alas kaki mereka sendiri untuk
masuk ke rumahku rasanya sangat aneh, tapi aku tidak perlu merasa demikian kepada
Toack.
Dengan demikian aku
berhenti memikirkan hal itu dan berpindah untuk membersihkan dapur. Toack dan
Flora akan memasak di dapur ini, jadi aku harus membuatnya berkilau. Tempat ini
akan menjadi tempat mereka berurusan dengan makanan, jadi dapur ini harus tetap
bersih.
Aku membuang sampah-sampah
yang ada di dalam kotak kayu di bufet dan segera mencucinya. Lalu aku mengelap
dapur dengan kain basah, dan mengelap kembali dengan kain kering.
Setelah itu, aku mencuci
kainnya dan berpindah ke kursi dan meja yang ada di ruang tamu. Aku
menyelesaikan bersih-bersih dengan membersihkan jendela. Yap. Membersihkan
rumah sendiri rasanya sangat memuaskan.
Selama ini aku tidak
pernah merasakan kepuasan saat melakukan bersih-bersih. Karena saat melakukan
pembersihan perlengkapan seperti senjata atau armor, yang aku rasakan adalah
tanggung jawab dan kewajiban yang besar… Karena terkadang hidupku tergantung
oleh tugas itu.
Namun saat ini yang sedang
aku lakukan hanyalah bersih-bersih biasa, jadi tidak ada beban yang aku rasakan
saat melakukannya, dan itu sangat menyegarkan buatku. Kalau begini kurasa tidak
buruk untuk melakukannya sesering mungkin.
“Nah, sekarang tinggal membersihkan beberapa
peralatan dan pergi meminjam beberapa sandal dari Toack…” (Aldo)
Setelah melihat dapur dan
ruang tamu sekali lagi, aku mendengar ketukan keras di pintu tepat saat aku
sedang mengangkat ember. Siapa itu? Apa Flora pulang dari belanja lebih cepat?
Tidak, Flora tidak mungkin mengetuk pintu sekeras ini. Menilai hal itu,
kemungkinan itu adalah Toack atau Aisha.
“Tunggu Sebentar” (Aldo)
Dari pengalamanku sebelumnya, aku harus sadar kalau aku adalah orang
yang harus membukakan pintu tak peduli apapun yang sedang kulakukan. Dan karena ketidakpekaanku sebelumnya lah yang membuatku orang masuk
saat aku sedang telanjang.
Setelah aku meletakkan
ember dan membuka pintu, seorang wanita muda berambut merah panjang sedang
berdiri di hadapanku dengan baju one piece merah.
Dia adalah wanita dengan
kulit coklat dan tubuh yang bagus, dia punya pinggang kecil dan pinggul yang
bulat. Di tambah dengan tangan dan kakinya yang ramping menambah kesan seorang
wanita yang cantik dan sehat. Dia adalah wanita dengan tipe kecantikan yang
berbeda dari Flora dan Fiona-san.
Tapi siapa dia? Tidak
mungkin aku melupakan wanita sepertinya kalau aku memang pernah bertemu
dengannya...
Kalau begitu, apa mungkin
dia adalah tetanggaku yang datang untuk meyambutku? Di lengannya ada keranjang,
jadi kurasa tidak salah kalau dia datang untuk menyambutku.
“Ada yang bisa kubantu?” (Aldo)
“…Apa kau mengigau? Ini aku.” (???)
“Huh? …Suara ini… Aisha?” (Aldo)
Tidak, tidak mungkin.
Saat aku terus menatapnya dengan kaget, dia menggaruk lehernya dan
membuka mulutnya dengan kesal. Oh, sekarang dia benar-benar terlihat seperti
Aisha.
“Tidak setiap hari aku
memakai baju kerjaku tahu… Yah, alasan utamanya adalah adikku akan rewel kalau
aku memakai baju kerja saat keluat. Karena baju kerja kami hanya ada satu”
(Aisha)
“…” (Aldo)
Maafkan aku. Seperti yang
kau bilang, aku awalnya berpikir kalau kau akan selalu mengenakan baju kerja
dan baret di kepala setiap saat.
Selama ini aku tidak
menyadarinya, tapi ternyata Aisha adalah seorang gadis yang sangat cantik,
meskipun dia tidak memilik kepribadian feminim. Karena biasanya rambutnya
selalu berantakan, dan postur tubuhnya tertutup oleh baju kerjanya.
Yah, kau memang tidak
perlu terlihat menarik saat bekerja di ladang, tapi bukankah setidaknya dia bisa
merapikan rambutnya kan?
Jika seorang kakak adalah
tipe yang modis, adiknya bisa dipastikan adalah tipe yang serius. Tapi karena
dia adalah kakak yang kasar dan menganggap segala hal sebagai masalah, adiknya
pasti adalah tipe gadis yang perhatian terhadap orang lain dan melakukan
hal-hal dengan baik. Masalah tentang kombinasi kepribadian saudara yang kontras
itu memenuhi pikiranku.
“Tunggu dulu, aku tahu kalau
aku jarang terlihat seperti ini, tapi tolong jangan menatapku terlalu lama.”
(Aisha)
Aisha memintaku untuk berhenti menatapnya dengan mata yang mengarah ke
atas. Dia tampak sedikit malu menunjukkan penampilannya di luar tempat kerja.
Bisa dilihat dari tatapannya yang tidak setajam biasanya.
“Ah, maaf.” (Aldo)
“Ini, silakan ambil anggur, selai dan kismis dariku.”
(Aisha)
Saat aku buru-buru untuk meminta maaf, Aisha menyerahkanku keranjang
yang dia bawa.
“Yah, apa aku boleh masuk sekarang?” (Aisha)
“Ah, maaf. Aku akan meminjam sendal dari Toack, jadi tolong tunggu
sebentar” (Aldo)
Aisha menghela napasnya saat dia mendengar ucapanku. Bahkan walaupun dia
terlihat berbeda, tampaknya sikapnya sama saja.
0 comments:
Post a Comment